Kesadaran terhadap adanya musuh
membuat kita semakin peka terhadap apa yang sebenarnya terjadi dan saat itulah
kita akan terbebas dari tipu daya atau paling tidak kita mampu mengantisipasi
tipu daya yang mungkin terjadi pada diri kita yang akan mencelakakan kita. Penting
kita melihat bagaimana sebenarnya kondisi umat Islam sekarang ini. Banyak
sekali kemunduran-kemunduran, khususnya pada abad-abad terakhir ini. Ada
beberapa factor yang menyebabkan kemunduran umat islam diantaranya :
1.
Umat islam sudah keluar dari tauhid
2.
Dunia sudah menjadi orientas hidupnya
3.
Maraknya perbuatan kemaksiatan yang dilakukan
umat islam
4.
Adanya perselisihan yang menyebabkan terjadinya
perpecahan di internal umat islam.
Ke empat faktor tersebut tejad
bukan tanpa sebab. Salah satu penyebabnya adalah mulai masuknya faham/isme
barat kedalam tubuh umat islam salah satunya faham liberalisme, Pluralisme dan
sekularisme.
Liberalisme adalah faham yang
menghendaki adanya kebebasan kemerdekaan individu di segala bidang, baik dalam
bidang politik, ekonomi maupun agama. Selain itu, liberalisme juga
didefinisikan sebagai suatu ideologi dan pandangan falsafat serta tradisi
politik yang mendasar pada kebebasan dan kesamaan hak. Pada umumnya liberalisme
mencita-citakan suatu masyarakat untuk bebas dengan kebebasan berfikir bagi
setiap individu dengan menolak adanya pembatasan bagi pemerintah dan agama.
Sedangkan Sekularisme adalah
memisahkan urusan dunia dari agama; agama hanya digunakan untuk mengatur
hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia diatur hanya
dengan berdasarkan kesepakatan sosial. Menurut Prof Al-Attas, bagian-bagian
utama dari dimensi sekularisasi mencakup; penghilangaan pesona dari alam tabii’
(disenchantment of nature), peniadaan kesucian dan kewibawaan agama dari
politik (desacralization of politics), dan penghapusan kesucian dan kemutlakan
nilai-nilai agama dari kehidupan (deconsecration of values).
Sementara itu Pluralisme agama
adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya
kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama
tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang
lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan
masuk dan hidup berdampingan di surga.
Di Indonesia sendiri faham-faham
sepilis ini mulai dikumandangkan dan coba diejawantahkan lebih luas lagi pada
tahun 80-an, oleh salah satu tokoh utamanya adalah Nucholis Madjid. Diawal abad
21, muncul sebuah gerakan untuk mendukung faham sepilis ini, gerakan tersebut
disebut dengan JIL (Jaringan Islam Liberal), Gerakan ini sebelumnya berawal
dari diskusi-diskusi di mailing list islamliberal@yahoogroups.com. Diskusi ini
diikuti oleh intelektual-intelektual di seluruh Indonesia. Dan pada Maret 2001
Jaringan Islam Liberal (JIL) resmi didirikan di Jakarta. Tokoh tokoh dalam
gerakan Jil ini diantaranya adalah Ulil Abshor Abdalla, Zuhairi Misrawi, dll
Menyikapi muncul dan berkembangnya
faham sepilis ini di Indonesia, maka MUI merspon dengan mengeluarkan sebuah
fatwa yang memutuskan bahwa haramnya faham sepilis ini karena bertentangan
dengan faham islam. Fatwa ini ditetapkan pada 21 Jumadil Akhir 1426 H/28 Juli
2005 M.
Munculnya JIL seperti yang
dijelaskan diatas adalah lewat diskusi dari media. Maka untuk mengcounter faham sepilis yang begitu
berkembang dengan pesat penyebarannya lewat media, muncul pula sebuah gerakan
dari kaum muda islam yang diberi nama IJT (Indonesia tanpa JIL). Gerakan ini
muncul tanpa sengaja seiring munculnya #indonesiatanpaJIL di twitter sebagai
response dari gerakan Indonesia tanpa FPI yang melakukan aksi di bundaran HI
sekitar tahun 2003. Komunitas ini mendapat dukungan antara lain dari Fahira
Fahmi Idris, aktivis Gerakan Nasional Anti Miras, Felix Siauw, penulis dan
pendakwah, Bachtiar Nasir, sekretaris jenderal Majelis Intelektual dan Ulama
Muda Indonesia (MIUMI), serta artis seperti Fauzi Baadilla, Teuku Wisnu,
Febiola Novita, dan Arie Untung.
Seriring dengan maraknya
penggunaan media social sebagai alat untuk menyebarkan faham sepilis, maka
kemudian ITJ muncul sebagai gerakan untuk membendung faham sepilis baik secara
langsung ataupun melalui media social.
oleh : Lutfhi Arif Fadillah 21/03/2017 20.10 WIB
@luthfi_ariff
Silakan dishare, Semoga bermanfaat.. :)