Pena dan kertas adalah dua hal yang saling melengkapi. Pena dan kertas saling melengkapi untuk menulis cerita cinta. Ya, cerita cinta. Bercerita tentang keindahan dari sebuah anugerah yang Tuhan beri. Apakah mungkin, kita merajut cerita cinta, layaknya pena dan kertas ?
Kertas tak punya makna tanpa goresan sang pena. Pena pun kebingungan jika ia tak menemukan kertas. Mereka akan saling mencari, mencoba menyelaraskan hati agar bisa saling melengkapi.
Kertas dan pena adalah keindahan. Keduanya tak terpisahkan. Mereka selalu setia, berpadu serta bersama menyelesaikan lembaran demi lembaran tentang indahnya kisah cinta.
Tapi keindahan kisah sang pena dan kertas, kini mulai sirna. Kertas tak lagi selalu ada bagi sang pena. Sang pena hanya bisa melamun di pojokan meja, sambil berharap kertas datang kembali. Dia sadar bahwa keindahan tak akan selamanya ada. Ujian itu adakalanya pasti akan datang.
Cerita cinta kertas dan pena, memang tak seindah dahulu. Tapi sang pena tak pernah menyesali keadaan. Suatu hari pena melihat lembaran-lembaran cerita cintanya pada sang kertas. Pena tersenyum bahagia, lembaran itu kini bersatu menjadi sebuah buku kecil bersampul merah marun.
Kertas pun menangis, melihat buku kecil dengan sampul merah marun itu. Pikirannya kembali bernostalgia dengan masa lalu, tentang indahnya cerita cinta dengan sang pena. Ia tak kuasa menahan haru, ia berlari secepat angin. Dan kembali pada pena.
Cerita cinta mereka pun, kembali berlanjut. Dan tetap abadi sampai saat ini.
Bandung, 15 Februari 2017 00.43 WIB
@dzunalfatih @luthfi_ariff
Silakan dishare, Semoga bermanfaat.. :)