Aktivis dakwah kampus merupakan manusia biasa, mereka bukan malaikat yang Allah tak mengkaruniakan nafsu padanya. Mereka memiliki kecenderungan yang sifatnya alami terhadap lawan jenisnya, mereka memiliki naluri untuk mempertahankan keturunan. Naluri inilah yang bisa memunculkan adanya rasa suka, rasa kagum dan rasa cinta terhadap lawan jenis (baca : aktivis lainnya).
Jika di bandingkan dengan aktivis pergerakan, aktivis sosial, atau aktivis yang lainnya yang ada di kampus. Justru aktivis dakwah kampuslah yang sangat sangat rentan dilanda Virus Merah Jambu (baca : virus yang sanggup membuat para aktivis tergila-gila pada lawan jenis, hingga dengannya sanggup merubah niataan awal untuk berdedikasi kepada organisasi)
Mengapa?
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa seorang ADK (baca : aktivis dakwah kampus) adalah orang-orang yang shaleh dan shalehah. kalaupun tidak, minimal mereka ini adalah golongan mahasiswa yang berusaha untuk menjadi mahasiswa yang shaleh dan shalehah.
Dan tak bisa dipungkiri juga bahwa hakikatnya seorang yang shaleh pasti menginginkan pasangan yang shalehah, begitupun sebaliknya.
Hal inilah yang pada akhirnya mampu membuat seorang aktivis dakwah kampus dilanda fitrah jatuh cinta terhadap lawan jenisnya sesama aktivis dakwah kampus.
Pertanyaannya adalah bagaimana mungkin kita tidak kagum atau mungkin jatuh cinta bila kita melihat rekan kita (lawan jenis) sesama ADK yang shalih/shalihah, rajin ibadah, berakhlaq mulia, berwawasan luas, apalagi jika ditambah rupa yang menawan ?
Bisa dipastikan di banyak ADK, didalam hati mereka akan mulai tumbuh rasa simpati lalu tersimpan rasa kagum dan suka, atau bahkan bisa saja muncul dan tumbuh rasa harap, satu harap tentang ia. Ya, rasa harap tentang ia. Atau mungkin tak sedikit dari ADK yang keterusan memikirkan rekannya itu, banyak pula dari mereka yang berbicara pada dirinya sendiri “Mmm, Akhi/ukhti itu pokoknya sempurna deh, udah mah cantik/cakep, shaleh/shalehah, pintar lagi. kriteria calon suami/istri idaman banget, andai saja dia nanti jodohku, aku pasti bersyukur”
Perlu menjadi perhatian bagi ADK, bahwa rasa cinta bisa muncul dan tumbuh karena seringnya berinteraksi di antara mereka (baca : antara ikhwan dan akhwat). Awalnya mungkin berinteraksi untuk kepentingan organisasi, kepentingan dakwah, namun pada akhirnya jika interaksi ini terus berlanjut dan tak dibatasi, maka jangan heran jika muncul "baper" di antara mereka.
Dan perlu diingat juga, meskipun interaksi antara aktivis ikhwan dan akhwat saat syuro dibatasi oleh hijab/papan/dinding pembatas, tapi potensi munculnya rasa cinta itu tetap saja ada. setan akan berupaya semaksimal mungkin untuk membisikkan mantra-mantranya ke dalam hati dan perasaan ikhwan/akhwat. Termasuk ketika si ikhwan/akhwat berbicara, upaya setan akan lebih maksimal, hingga hati mereka -yg memang awalnya menyimpan perasaan terhadap yang bersangkutan- akan merasakan getaran yang luar biasa, dan mampu menumbuh suburkan perasaan yang memang kuncupnya sudah tertanam dalam hati.
Dari rasa kagum, suka, cinta dan rasa harap itulah lama-lama seorang aktivis dakwah kampus akan terjebak dalam panah asmara, panah asrama dari setan yang siap menghunus dengan tajam pada hati-hati ADK yang menjadi targetnya, pada hati-hati aktivis dakwah kampus yang mulai terserang virus merah jambu. Dan inilah titik awal yang menjadi bencana bagi keberlangsungan aktivitas dakwah kampus dari seorang ADK.
Memang fitrahnya, seorang manusia memiliki rasa ingin dicintai dan ingin mencintai. Ini pun berlaku bagi seorang ADK. Nggak salah kok seorang ADK menyimpan perasaan kepada seseorang, itu fitrah dan itu karunia dari Allah.
Namun yang menjadi permasalahan adalah seberapa kuat mereka mampu membentengi dirinya dari godaan setan laknatullah dalam menjaga dirinya dari kemaksiatan yang timbul akibat perasaan "cinta", tersebut.
Kemaksiatan yang dimaksud disini bukan hanya kemaksiatan yang lingkupnya pribadi saja, namun lebih dari itu, mencakup juga kemaksiatan untuk lingkungan sekitar. Kemaksiatan lingkup pribadi di analogikan sebagai, kemaksiatan yang tidak menimbulkan efek buruk bagi lingkungan sekitar. Contohnya " bukankah dengan hanya memikirkan orang yang kita kagumi saja, itu sudah merupakan perzinahan pikiran ?" dan jika itu dilakukan adakah efek buruk bagi lingkungan ? tentu tidak, efek buruknya hanya akan ada pada dirinya sendiri.
Namun beda halnya dengan kemaksiatan lingkup sosio-masyarakat, inilah kemaksiatan yang akan menimbulkan efek buruk bagi lingkungan. Saya coba beri contoh yang sangat simple, "ketika ikhwan dan akhwat yang awalnya dilanda perasaan cinta, kemudian mereka terayu bujukan setan, akhirnya mereka berani untuk berjalan berdua -'hanya berjalan'- lalu banyak orang yang melihat mereka. Apa efek buruk bagi lingkungan ? Tentu hal ini akan menimbulkan ghibah diantara orang-orang yang melihat mereka, hingga tibalah pada satu kesimpulan 'masa sih ADK pacaran ?', dan ujung-ujungnya akan mengarah ke organisasi yang mereka ikuti, pandangan orang-orang menjadi begitu rendah terhadap organisasi dimana mereka berkarya (baca: LDK)."
Kemaksiatan yang timbul akibat rasa cinta inilah, yang benar-benar harus dijaga jangan sampai muncul, terjadi dan merusak tatanan aktivitas dakwah dari seorang ADK. Banyak sekali pendapat yang memberikan cara agar hal ini tidak terjadi. Namun menurut saya cara yang paling efektif adalah dengan mencoba semaksimal mungkin membangun kedekatan dengan Allah. Ya membangun cinta dengan Allah, cukup itu saja. Adapun metodologi/konsep untuk membangun kedekatan/cinta dengan Allah, saya rasa para ADK sudah banyak yang mengetahuinya. Tak perlu dijelaskan lebih detail.
Namun yang pasti, kita tidak diwajibkan untuk menghapuskan rasa cinta tersebut. Namun kita diwajibkan untuk menjaga rasa cinta itu agar tetap ada pada jalur yang benar. Jalur yang benar yang dimaksud adalah jalur cinta yang cintanya kepada manusia jauh di bawah kecintaan ia pada Allah dan RasulNya. Karena ketika kecintaan kepada Allah dan Rasulnya sudah sangat purna, ia akan tahu bagaimana caranya mengkondisikan perasaan cinta yang muncul, ia akan bisa menempatkan sebuah rasa cinta pada tempat terbaik (terbaik sesuai ketetapan Allah dan RasulNya), baik ketika rasa cinta itu sudah halal ataupun belum halal.
Wallahu'alam
@luthfi_ariff
Dzunalfatih.tumblr.com
Diselesaikan, Bandung 27 Mei 2016 09.35 WIB, GKB, Polban
Silakan dishare, Semoga bermanfaat.. :)