Komunikasi
dan Koordinasi yang baik merupakan modal yang sangat berharga untuk sebuah
organisasi dalam mewujudkan cita-cita atau visi yang ingin dicapai. Tapi
koordinasi dan komunikasi pula yang bisa menjadi sebab musabab hancurnya sebuah
organisasi, itu akan terjadi jika adanya koordinasi dan komunikasi yang tidak
sehat dalam sebuah organisasi.
Komunikasi
dan koordinasi yang baik akan hanya bisa terwujud jika adanya sifat fast and good response, dari kedua
belah pihak yang terlibat dalam komunikasi/koordinasi. Fast response
berarti sifat timbal balik seseorang dalam menanggapi rekan koordinasi/komunikasinya
dengan tanggapan yang cepat. Sedangkan good
response berarati sifat seseorang dalam menanggapi rekan
koordinasi/komunikasinya dengan tanggapan yang baik dan positive.
Kedua
sifat ini sangat penting untuk dimiliki setiap orang yang bergelut dalam
kehidupan duniawi bahkan uhrawi, karena kedua sifat ini yang bisa menjadikan
seseorang sebagai pemenang/juara.
Begitupun
dalam dunia dakwah kampus, sifat fast dan
good respon ini merupakan modal yang harus dimiliki oleh setiap orang yang
bergerak didalamnya, karena kedua sifat ini bisa menjadi modal utama untuk
meraih dan mewujudkan cita-cita dakwah kampus, “kampus madani”.
Jika
bercerita akan kedua sifat ini, penulis pernah merasakan berkoordinasi dan
berkomunikasi dengan 1 orang yang awalnya slow
response, akan tetapi saat ini ia berubah menjadi seseorang yang fast and good response. Lalu apa perbedaan
yang terjadi ketika berkomunikasi dengan seseorang yang slow response dengan seseorang yang fast response, juga apa pengaruhnya terhadap organisasi yang di
ikuti ?
Sebelum
melanjukan ceritanya, perlu kita sama pahami bahwa sifat fast and good response ini harus kita jaga dan lakukan ketika
dengan siapapun kita berkoordinasi, tidak terbatas dengan sesama jenis, tapi
juga perlu dilakukan dengan lawan jenis, selama koordinasi/komunikasi dilakukan
dalam ranah yang positive, ini
penting!
Dulu,
ketika saya diamanahkan menjadi seorang ketua pengurus mula di suatu Lembaga Dakwah
Kampus (LDK), saya ditemani oleh seorang wakil dari akhwat, karena biasanya di
organisasi keislaman selain ada pemimpin/ketua selalu ada wakil ketua yang
dipilih dari akhwat yang fungsinya secara garis besar ialah sebagai penyambung
lidah antara akhwat dan ikhwan, karena dalam organisasi keislaman kita sangat menjunjung
tinggi perkara hijab/jarak antara ikhwan dan akhwat, maka fungsi lain dari
wakil ketua akhwat ini ialah sebagai alat untuk menjaga hijab antara ikhwan dan
akhwat, sehingga tidak ada komunikasi yang berlebihan.
Nah
pada saat itu, saya sama sekali tidak mengenal wakil ketua saya, dalam
pandangan saya ia terpilih jadi wakil ketua berarti dia adalah akhwat yang
memiliki kapabilitas dan kredibilitas yang lebih baik dalam hal kepemimpinan
dari pada akhwat yang lain. Ya, itu memang terbukti wakil saya ini ialah
seseorang yang memiliki kapabilitas dan kredibilitas dalam hal kepemimpinan,
namun dibalik itu semua ia memiliki satu sifat yang kurang baik, ia seseorang
yang slow response, sehingga
terkadang sifatnya ini sering kali membuat saya sedikit kesal, padahal kala itu
amanah dakwah mulai menumpuk, namun sisi positifnya ia memiliki sifat good response, memiliki ide-ide yang
cukup baik ketika menyampaikan pendapatnya.
Saya
masih ingat ketika dulu betapa sulitnya koordinasi dengan ia, bayangkan saja
sebagai gambaran ketika saya sms dia pagi, ia balas sore, ketika saya sms ia
sore, ia balas malam, bahkan sering kali saya sms ia pagi, ia balas malam,
jarang sekali ia balas sms fast response,
bahkan sampai pada akhirnya saya beberapa kali menceritakan masalah ini kepada
senior saya, namun coba tebak apa jawaban dari senior saya ? mereka menjawab “sabar
saja, tiap orang memiliki sifat yang berbeda, insyaallah suatu ketika ia akan
berubah”.
Sifat
slow response inilah yang pada
akhirnya membuat koordinasi berjalan kurang mulus, sehingga amanah yang kala
itu menumpuk kurang berjalan dengan optimal, dan keberlangsungan organisasi
menjadi sedikit terhambat. Selain itu juga sifat slow response ini menjadikan saya berpikiran suudzon terhadap
beliau, atau bahkan sifat slow response
dari partner saya, kadang kali membuat
semangat yang awalnya sedang onfire
mejadi down, yang efeknya menjadikan
organisasi menjadi tidak produktif. Selain itu juga sifat slow response ini
bisa memberikan efek yang begitu besar terhadap ukhuwah, dan itu terjadi di kepengurusan
mula yg saya pimpin, dimana banyak sekali rekan-rekan saya yang menghilang dari
organisasi. Nah seperti itulah gambaran singkat apabila masih ada aktivis yang
memiliki sifat slow response!
(namun
kesalahan saya pada saat itu, saya tidak terbuka terhadap wakil saya, saya
tidak mengatakan keluh kesah terkait sifat slow
response nya, secara langsung)
Lanjut
lagi ceritanya!
Setahun
berlalu, kepengurusan mula yang saya dan ia pimpin pun berlalu, dengan banyak
hal yang harus dievaluasi, bersama. Kini kepengurusan mula itu akan naik
tingkat menjadi BPH (Badan Pengurus Harian) yang merupakan kumpulan dari
beberapa divisi/department. Dan pada saat yang bersamaan saya diminta untuk
menjadi kepala department kaderisasi, oleh ketua BPH dan kakak-kakak senior. Saya
pun menyanggupinya, namun suatu ketika angin hadir menyapa dan melintasi raga
dengan membawa kabar buruk, ya kabar buruk menurut saya kala itu. kabar yang
mengatakan bahwa akhwat itu lagi yang akan menjadi wakil kepala departemen yang
saya pimpin, walaupun itu masih kabar burung. Dan kala itu pun saya berkata
kepada beberapa kakak senior, “sepertinya saya tidak sanggup, jika memiliki
partner seperti ia. Kakak juga mungkin sudah tahu dia itu orangnya slow response, cukup 1 tahun saja yang berpartner
dengan akhwat yang slow response”,
protesku kala itu. Kakak senior itu menjawab dengan enteng, “tenang saja belum tentu
ia orangnya”.
Hari
sabtu, tanggal 24 juni 2010 pengumuman kepengurusan BPH pun dilaksanakan,
jleeeeeeebbbb seperti ada kampak yang menancap kedalam dadaku kala diumumkan
bahwa akhwat itu lagi yang menjadi wakil ketua departemen yang saya pimpin, ya semangatku
untuk memperbaiki dept.kaderisasi seketika langsung luntur, ketika ditetapkan berpartner dengan seseorang yang slow respone lagi. Namun apa daya
keputusan telah diketuk palu, tak ada protes yang bisa dilontarkan, “ya, aku terima
saja keputusan ini”, lirih batinku.
Dan
keesokan harinya, aku teringat kembali perkataan seniorku dulu, “sabar saja,
tiap orang memiliki sifat yang berbeda, insyaallah suatu ketika ia akan berubah”,
aku pun berharap ia bisa berubah.
Sungguh Allah maha mencintai dan menyayangi dan mempermudah langkah setiap hambanya yang berjalan untuk menegakkan agamaNya.
Dan
masyaAllah hanya dalam beberapa minggu kepengurusan saja, ia sudah sangat
berubah menjadi seorang partner yang sungguh luar biasa fast dan good response. Koordinasi dan komunikasi menjadi sangat
baik dan terjaga. Setiap kali ada hal yang berhubungan dengan amanah dakwah
yang perlu didiskusikan, selama ia tidak sedang dalam waktu kuliah, ia selalu
siap untuk diajak diskusi, dan selalu menyampaikan ide-ide serta saran yang
sangat positive dan membangun bagi
perkembangan dakwah, khususnya di departemen kaderisasi. Luar biasa, fungsi
sebagai penyambung lidah dari anggota akhwat di departemen yang kami pimpinpun
dilakukan dengan sangat baik.
Dan
kini 6 bulan kepengurusan telah berlalu, tak terasa amanah dakwah di departemen yang
kami pimpin 90% terlaksana dengan baik, ukhuwah anggota departemen kami sangat
terjaga, sering sekali departemen kami mengadakan agenda internal yang sifatnya
unformal, sehingga kini sangat terasa
sekali nuansa kekeluargaan di departemen kaderisasi yang kami pimpin. Puncaknya
ialah ketika departemen kami mendapatkan penilaian yang terbaik, diantara
departemen lain yang ada di BPH. Luar biasa…! nilai yang departemen kami raih
pun, merupakan rekor nilai terbaik dalam sejarah penilaian sidang tengah semester
BPH di organisasi kami, Alhamdulillah..
Dan
kini, saya, ia dan semua anggota departemen kaderisasi, menatap sisa amanah 6
bulan kedepan, dengan landasan semangat yang bertautan dengan senyuman penuh
ukhuwah..!
Hasil
yang departemen kami dapatkan, kuncinya hanya satu “ukhuwah yang terjaga”,
ukhuwah ini bisa terjaga hanya dengan satu kunci, “koordinasi dan komunikasi
yang baik”, serta komunikasi/koordinasi yang baik hanya akan tercapai bila kita
bisa membudayakan sifat “fast dan good response”.
Dan
kami yakin, cita-cita LDK pun akan terwujud, jika semua anggotanya bisa
menerapkan sifat “fast dan good response”.
Nah
itu sedikit cerita yang membandingan ketika koordinasi dengan aktivis yang slow response dan aktivis yang fast response.
Jelas
sudah, sifat fast response ini akan menjadi
modal yang sangat berharga dalam mengarungi samudera dakwah yang penuh
gelombang pasang surut penyebab kegagalan. Dengan sifat fast response ini akan menumbuhkan ukhuwah yang sangat terjaga,
kuat ikatannya, dan manis rasanya. Dan ukhuwah inilah yang menjadi awal dari
sebuah kemenangan dakwah islam, kita bisa lihat sejarah pembebasan Al-quds oleh
Salahudin Al-ayyubi, kisah penaklukan konstantinopel oleh Muhammad Al-fatih,
kemenangan yang mereka peroleh ialah buah dari manisnya ukhuwah yang senantiasa
mereka jaga bersama.
Kawanku
sesama aktivis, mari kita sama-sama tumbuhkan sifat fast and good response, untuk menjadikan organisasi dakwah kita
sebagai rumah penuh ukhuwah, kasih saying dan cinta. ingat selalu kemenangan
dakwah sudah melambaikan tangannya dihadapan kita, ayo kita raih, ayo kita
kejar dengan semangat yang berlandaskan manisnya ukhuwah.
Sahabat,
Sesungguhnya kemenangan dakwah, kemenangan islam, itu janji Allah yang
nyata..!!
Maka,
sebagai penutup tulisan ini,
“Fast response = kekuatan ukhuwah untuk kemenangan
dakwah!”
Wallahu’alam bisshawab..
@Luthfi_ariff
Diselesaikan,
9 juli 2015 pukul 23.35 WIB, di hari pertama pikiran terbebas dari tugas
kuliah. Margaasih, Kab. Bandung
Silakan dishare, Semoga bermanfaat.. :)