-->

Hijab pada saat rapat saja atau hijab hati ??

Permasalahan komunikasi antara lelaki (ikhwan) dan perempuan (akhwat) dalam sebuah organisasi, merupakan masalah klasik yang sampai saat ini sering kali diperbincangkan. Apalagi jika berkaitan dengan sebuah organisasi keislaman masalah komunikasi ini menjadi hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh seluruh anggotanya.
 
Di sebuah organisasi keislaman kampus atau yang lebih dikenal dengan sebutan LDK (lembaga dakwah kampus), permasalahan komunikasi antara ikhwan dan akhwat ini pun menjadi hal mendasar yang harus dipahami, biasanya sebuah LDK sudah memiliki aturan akan hal ini, seperti membatasi komunikasi secara langsung antara ikhwan dan akhwat, membatasi jam komunikasi, atau bahkan menggunakan hijab (pembatas) ketika rapat. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, ini dilakukan semata-mata agar para kader LDK bisa lebih fokus terhadap dakwah yang dilakukan, bukan karena hal lain. Karena seringkali disebuah organisasi yang aturan   komunikasi antara ikhwan dan akhwatnya sedikit longgar, niat dari seorang ikhwan/akhwat bisa menjadi berubah arah, akibat mulai timbulnya virus-virus merah jambu di hati mereka, yang terjadi karena seringnya mereka berpapasan secara langsung.


Menurut seorang rekan saya di LDK, batasan-batasan komunikasi antara ikhwan dan akhwat merupakan upaya untuk membiasakan para kader agar bisa gadhul bashar (menjaga pandangan), karena menurutnya pandangan inilah yang bisa menjadi senjata tajam yang bisa merobek-robek niat dakwah. Oleh karenanya beruntunglah kita, bisa berjuang dan berdakwah di LDK yang begitu menjunjung tinggi batasan komunikasi antara ikhwan dan akhwat, karena tidak semua organisasi memiliki budaya yang cukup baik dalam menyikapi batasan komunikasi antara ikhwan dan akhwat.

Dalam kaitannya dengan aturan komunikasi antara ikhwan dan akhwat, sudah banyak sekali LDK yang mulai menerapkan aturan hijab (pembatas) ketika rapat. Lalu apa sebenarnya fungsi hijab ini ?

Hijab dalam Rapat

Beberapa LDK memiliki cara tersendiri dalam mengaplikasikan masalah hijab (pembatas) dalam rapat. Mulai dengan penggunaan papan hijab, tirai , atau bahkan berbeda ruangan rapat antara ikhwan dan akhwat. Tapi ada pula yang membatasi ikhwan dan akhwat dengan mengatur jarak dan posisi tempat duduk saja. Ini semua tergantung situasi, kondisi dan kebutuhan dari masing-masing LDK.
Dari berbagai bentuk aplikasi hijab dalam rapat, terdapat beberapa syarat yang harus diperhatikan :
  1. Pemimpin rapat bisa melihat semua peserta rapat
  2. Terdapatnya media yang bisa dilihat oleh semua peserta, seperti : slide presentasi, papan tulis
  3. Tidak menimbulkan kesan esklusif terhadap masyarakat luar yang melihat proses rapat
  4. Menjaga rapat tetap dalam suasana kondusif. Bukan berarti dengan berkumpulnya ikhwan dan akhwat ditempat yang terpisah, para akhwat asik ngrumpi dan ikhwan terlelap dalam tidurnya.
Nah, jadi sebenanrya penggunaan hijab (baca: papan hijab) dalam rapat memiliki tujuan sebagai media untuk membantu para kader agar bisa gadhul bashar, serta agar rapat bisa lebih efektif dan peserta rapat bisa lebih fokus terhadap apa yang dibahas. 

Penggunaan hijab (baca: papan hijab) sendiri merupakan hal yang begitu positif untuk membatasi interaksi langsung antara ikhwan dan akhwat, karena jika interaksi antara ikhwan tidak dibatasi dan dibiarkan bebas tanpa aturan, dikhawatirkan akan terjadi pandangan yang tidak diharapkan. Karena pandangan merupakan salah satu jalan untuk membangkitkan hasrat seksual baik pada laki-laki maupun perempuan. Dalam waktu 10/3 detik apa yang ditangkap oleh mata akan terkirim ke otak untuk membuat perubahan-perubahan anatomi dan fungsi, yang akan menyebabkan perubahan pada sikap. Dan akan lebih berbahaya lagi jika sinyal perubahan dari otak ini bisa sampai menyentuh hati.

Namun, pemahaman akan penggunaan hijab ini masih menjadi hal yang awam bagi banyak aktivis dakwah, masih banyak dari ADK yang menginterprestasikan hijab ini dalam ruang lingkup yang sempit, mereka hanya mengangap bentuk dari hijab ini sebagai papan/tembok pembatas saja. Padahal arti hijab ini begitu luas, termasuk hijab hati didalamnya.

Bahkan pernah suatu ketika ketika saya dan rekan-rekan ADK yang lainnya sedang rihlah di alam terbuka, kebetulan pada saat itu masuk sesi sharing antara semua ADK baik ikhwan atau akhwat, ada beberpa akhwat yang mempermasalahkan hijab, salah satu dari mereka berkata “kang, akhwat keberatan untuk sharing disini, soalnya nggak ada hijab (baca: papan hijab)”. Nah inilah pemahaman yang perlu diluruskan akan substansi dari hijab. Jadi sekali lagi banyak dari ADK yang mengartikan hijab ini sebagai “benda pembatas”, padahal menurut saya pribadi tingkatan hijab yang paling utama itu ada di mata dan hati. Ketika kita bisa menghijab mata dan hati kita, insyaallah kita akan selalu terjaga dari keburukan-keburukan yang senantiasa dibisikan iblis lakanatullah.

Allah pun dengan tegas memerintahkan kepada kita untuk senantiasa menghijabi mata kita, perintah Allah ini dalam Al-quran surah An-Nur :30 dan 31.
“Katakanlah kepada orang laki-laki dan perempuan yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
"Pandangan adalah asal seluruh bencana yang menimpa manusia. Bermula dari pandangan akan lahirlah keinginan, dan keinginan akan melahirkan pemikiran. Dari pemikiran akan lahirlah syahwat (hawa nafsu) yang pada akhirnya syahwat itu akan mendorong menjadi keinginan yang sangat kuat hingga terjadi apa yang ia inginkan."

Sudah jelas, bahwa hijab mata merupakan hal yang wajib dilakukan oleh seluruh ikhwan dan akhwat. Namun seperti yang kita tahu bersama dengan kondisi masyarakat saat ini, bukan tidak bisa hijab mata kita lakukan, akan tetapi dengan kondisi seperti sekarang sudah barang tentu sulit sekali hijab mata ini dilakukan, karena dimanapun kita berada khususnya diruang publik, secara tidak langsung ataupun memang tidak disengaja pasti ada saja interaksi yang harus kita lakukan dengan lawan jenis yang memang bukan mahram kita tanpa hijab (baca: hijab yang bentuknya benda). Nah maka untuk mengantisipasi hal ini ada tingkatan hijab yang paling tinggi (menurut penulis), ya dialah hijab hati. 

“berawal dari pandangan lalu turun ke hati” ungkapan yang sering kali terucap dibibir banyak masyarakat. ya ungkapan itu bisa bernilai benar bisa pula bernilai salah, benarnya jika memang pandangan yang dilakukan sesuai dengan tata aturan islam (baca: Ta’aruf), atau jika pandangan itu dilakukan oleh seorang suami terhadap istri ataupun sebaliknya. Tapi bisa bernilai salah (baca:dosa) jika pandangan itu dilakukan diluar koridor islam.

Namun, islam begitu haq dalam masalah ini, hati yang merupakan tempat bersemayamnya keimanan begitu harus mendapat perhatian dan perlakuan lebih, karena memang hati ini menjadi guardian of value tubuh kita. Islam mewajibkan setiap umatnya untuk senantiasa menghijabi hatinya. Salahsatu caranya dengan memperbanyak baca al-quran dan memperdalam ilmu agama, sehingga fungsi hati sebagai guardian of value bisa senantiasa terjaga, karena ketika hati kita terjaga otomatis jiwa raga kita akan senantiasa terjaga. dan terkhusus untuk para ADK hijab hati ini begitu penting untuk senantiasa dijaga agar kita senantiasa dijauhkan dari virus-virus merah jambu, sehingga niat untuk dakwah akan senatiasa lurus!.

Jadi kesimpulannya, Hijab merupakan yang sangat penting dan fundamental bagi sebuah organisasi dakwah, termasuk LDK didalamnya. Namun perlu diingat hijab ini banyak macamnya, Hjiab berbentuk benda (baca: papan hijab) digunakan memang jika ada, tapi jangan pernah mempemasalahkan jika memang tidak ada, karena masih ada 2 hijab lain yang takkan bisa tergantikan keberadaannya, yaitu hijab mata dan hijab hati.
Bila hijab mata dan hati ini telah bersinar, berbagai amal kebaikan akan berdatangan dari berbagai penjuru, untuk dilaksanakan. Segala keburukan akan menjauh ke tempat dan ruang-ruang yang nan jauh di sana. Jaga mata, jaga pikiran, jaga hati dan terus bergerak wujudkan kampus yang madani, sahabat !


@Luthfi_Ariff
Diselesaikan malam minggu yang cerah, 18 April 2015 pukul 22.32 WIB di Margaasih Kab.Bandung.

Silakan dishare, Semoga bermanfaat.. :)

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Disqus Comments
© Copyright 2017 Dzun Al-Fatih | Muda Menginspirasi ! - All Rights Reserved - Created By BLAGIOKE & Kaizen Template - Support KaizenThemes