Setiap apa yang dimiliki adalah titipan, tidak selamanya apa yang dimiliki akan terus menjadi hak milik. Setiap ada yang datang ada pula yang pergi, memang begitulah realita hidup dan kehidupan. Ada senang ada pula sedih, ada banyak maka sedikitpun juga ada, baik tersedia, buruk pun nyatanya terhampar.
Kehidupan adalah kesenangan, begitulah orang ‘yang tak berakal’ berbicara. Baginya hidup adalah hidup, hanya sekali tak bisa diulangi dan perlu dinikmati tanpa ada batasan. Senang, happy, poya-poya, hedon, pragmatis adalah model manusia berdogma “hidup adalah kesenangan.” Sampai jika sang waktu datang memberikan ujian kesengsaraan pada mereka, dunia bak neraka! Kesusahan, kesulitan, dan keburukan dianggap sebagai musibah besar. Namun sayang, tak ada upaya keluar darinya. Hanya kekesalan, cacian, makian pada setiap makhluk terucap syahdu dari setiap gerak bibir mereka.
Mereka tak pernah merasa cukup dengan apa yang mereka dapatkan. Kurang, kurang dan kurang adalah kata yang terus berputar dalam benaknya. Hingga tak ada lagi pembeda antara baik dan buruk dalam pikirnya, walaupun hatinya berkata lain. Namun isi hati kecil, bagi mereka ibarat bisik-bisik kelabu. Hingga semua hal buruk pun yang membuat mereka baik, mereka anggap baik.
Tak berpikir apa yang orang lain rasakan. Selama bagi mereka baik, maka itu baik. Tak terbayang apa yang orang lain hadapi, jika bagi mereka baik, maka mereka anggap itu baik.
Semuanya menjadi baik bagi mereka walau hal itu buruk bagi orang lain.
“Dunia adalah candu, Kesenangan adalah rindu, tak peduli itu sesuatu yang baru, jika ia beri kesenanganan maka akan dicari selalu.” Begitulah pribadi mereka.
Awal ketidakbaikan, adalah nafsu. Nafsu yang dengannya rasa syukur terkikis habis. Tak bisa menerima jika sedikit, merasa kurang dengan apa yang dimiliki. Inilah problem, sesuatu yang harus di ubah.
“Ketika kita sulit untuk merasa cukup, bukan nikmat yang harus ditambah. Melainkan hati yang harus belajar untuk merendah.”
Tak usah selalu melihat keatas, langit terlalu luas untuk kita lihat. Lihatlah kebawah, lihatlah bumi yang dipijak. Sederhana namun itulah yang kita miliki.
Bersyukurlah dengan apa yang dimiliki, Tuhan tak pernah menilai dari banyak apa yang kita miliki. Namun, yang menjadi penilaiaan adalah seberapa bermanfaatkah apa yang kita miliki. Syukur artinya menerima dengan ikhlas dan senantiasa merasa cukup dengan apa yang tuhan berikan.
@luthfi_ariff
©muda inspirasi 2017
Silakan dishare, Semoga bermanfaat.. :)