Komunikasi dan Koordinasi yang baik merupakan modal yang sangat berharga untuk sebuah
organisasi dalam mewujudkan cita-cita atau visi yang ingin dicapai. Tapi
koordinasi dan komunikasi pula yang bisa menjadi sebab musabab hancurnya sebuah
organisasi, itu akan terjadi jika adanya koordinasi dan komunikasi yang tidak
sehat dalam sebuah organisasi.
“Saya
memiliki masalah dengan kepala departemen saya, seringkali terjadi konflik
internal departemen yang berakibat kontraproduktif terhadap kinerja departemen,
dan sebenarnya saya bingung apa yang salah dengan pola kami memimpin departemen
ini”
Sering kali hal tersebut terjadi dalam sebuah
organisasi, termasuk dalam organisasi kemahasiswaan, termasuk didalamnya dalam
sebuah LDK. Lalu bagaimana sudut pandang kita dalam konteks kita sebagai pemimpin
dalam sebuah departemen dalam menyikapi hal tersebut, apa yang harus kita
lakukan ?
Pertama, kita baik sebagai kepala departemen atau
koordinator akhwat perlu memahami bahwa kita
adalah seorang pemimpin, pengayom dan
keluarga bagi staff kita. Bisa dikatakan
pula bahwa kadept
dan korwat adalah duo pemimpin,
yang akan mengarahkan sebuah departemen
untuk mewujudkan cita-cita bersama. Untuk itu semua, maka
diperlukan adanya komunikasi dan koordinasi yang intensif, baik
dan jelas agar segala sesuatu dalam departemen berjalan
dengan baik. Namun ternyata koordinasi
yang tidak sehat pun sering kali terjadi pada seorang Kadept dan Korwat.
Pernahkan kita mengalami sebuah
perasaan seperti ini :
“Astagfirulloh ini kadept,
kok ganggu terus
sih ! udah tau aku lagi sibuk, gak
bisa apa ngerjain sendiri!”
“kemana yah korwat ? kok gak ngerti sih kondisi departemen
lagi urgent ? huftttt…..”
“kenapa
ya belakangan ini korwat tidak memperdulikan lagi pendapat dan ucapan ku? Apa aku salah ?”
“duh, gmna sih ini ikhwan,
masa semua kerjaan harus akhwat
yang ngerjain!”
Perasaan-perasaan
diatas jika tidak diselesaikan secepat mungkin bisa menjadi bomerang yang cukup
ampuh untuk merusak ukhuwah disuatu departemen. Ukhuwah yang baik, harus
diawali dengan komunikasi dan koordinasi yang baik pula. Jika
kita berbicara tentang pola
koordinasi yang baik, kita harus
mengetahui karakter dasar dari seorang ikhwan dan akhwat. Ada
beberapa perbedaan karakter yang
sangat mendasar antara ikhwan dan akhwat yang akan berpengaruh
terhadap pola koordinasi dan
komunikasi yang dilakukan.
- akhwat cenderung berbicara dengan bahasa yang tidak langsung dan berbelit-belit, sehingga terkadang sulit di tangkap oleh ikhwan. Sedangkan ikhwan cenderung lebih to the point termasuk dalam hal mengkritik, hal ini juga terkadang tidak bisa diterima oleh semua akhwat, karena bisa saja jadi menyinggung perasaan.
- akhwat biasanya penuh pertimbangan dalam menyampaikan sesuatu. Terkadang karena terlalu lama ditimbang dan tak urung disampaikan, kadept akan langsung dengan nalurinya untuk mengambil kebijakan yang bisa saja bertolak belakang dengan pendapat korwat.
- Ikhwan terkadang lambat merespon sesuatu, apakah itu sms atau panggilan telepon, walau tidak semua, akan tetapi cukup banyak juga ikhwan yang mencuekkan keresahan tanggung jawab dakwah dari pihak korwat.
- Kadept sering menganggap ringan atau enteng hal-hal yang disampaikan oleh korwat, padahal pihak korwat sudah berpikir puluhan kali untuk menyampaikan pendapatnya.
Perbedaan
diatas bisa saja menjadi batu hambatan dalam proses koordinasi dan komunikasi
untuk menjalankan tugas dakwah dalam suatu departemen. Namun hal ini bukan
tanpa solusi, solusi yang terbaik untuk mewujudkan pola koordinasi yang baik
antara kadept dan korwat adalah “Keterbukaan”. Dalam
sebuah hubungan yang intens dan rutin maka keterbukaan harus
menjadi prioritas.
Dengan keterbukaan ini kita
bisa menyampaikan kepada partner kita tentang keresahan
dakwah yang kita
rasakan atau problematika pribadi yang mungkin menganggu kinerja dakwah dan
sebagainya. Membangun
pola komunikasi yang baik antara kadept dan korwat
harus sesegera mungkin dilakukan, hal yang paling efektif untuk dilakukan
adalah dengan membangun nuansa kekeluargaan. Nuansa kekeluargaan bisa membantu semua pihak
untuk bisa lebih terbuka
dalam menyampaikan pendapat. Harapannya adalah terbentuk keterbukaan satu sama
lain sehingga berdampak pada kepercayaan antar kadept dan korwat. Namun perlu diingat dalam keterbukaan ini perlu juga
ada batasan-batasan khusus agar niat dakwah tetap lurus dan kerberkahan dakwah
tetap terjaga.
Lalu
bagaimana caranya membangun komunikasi yang baik antara kadept dan korwat,
sehingga akan mempermudah kita dalam melakukan gerakan dakwah di departemen
yang kita pimpin ?? ada beberapa poin yang bisa kita lakukan.
- Sampaikan dengan sesegera mungkin jika memiliki masalah, pendapat atau saran. Jangan pernah ditunda apalagi tidak disampaikan. Jika masalah bisa disampaikan dan di diskusikan segera, akan lebih mudah untuk diselesaikan pula.
- Koordinasi dilakukan secara terbuka, hal-hal yang memang perlu disampaikan sebaiknya disampaikan secara jelas dan lugas, jangan terlalu banyak analogi dan penjelasan yang tidak bermakna atau implisit.
- Kadept dan korwat hendaknya memiliki sifat responsive dalam menanggapi komunikasi atau koordinasi yang dilakukan oleh sebelah pihak. Jangan sampai ketika koordinasi sangat diperlukan untuk menentukan suatu keputusan yang penting, salah satu dari mereka malah sulit untuk dihubungi. Hal ini akan menjadi pemicu rusaknya ukhuwah diantara kadept dan korwat.
- Harus adanya rasa saling memahami antara kadept dengan korwat, komunikasi dan koordinasi harus dilakukan diwaktu yang tepat, terkadang banyak kadept/korwat yang tidak pernah memikirkan masalah waktu koordinasi ini, seolah-olah ketika ada yang harus didiskusikan mereka memaksakan korwat/kadept untuk berdiskusi pada saat itu juga, tanpa pernah memikirkan kondisi korwat/kadept, apakah sedang ada kuliah, atau agenda lainnya yang tidak bisa ditinggalkan. Sebaiknya ketika hendak berdiskusi tanyakan terlebih dahulu kepada partner diskusi kita, apakah bisa berdiskusi sekarang atau tidak ?
- Dilakukan secara dua arah. Bukan perintah dari satu pihak ke pihak lainnya, sebaiknya keputusan yang ada merupakan hasil diskusi dari dua pihak. Karena pola hubungan yang dibangun adalah pola saling menghargai, dan sejatinya tidak ada yang lebih baik antara kadept dan korwat. Dengan membuat keputusan bersama, tentu akan berdampak positif terhadap kedua belah pihak.
- Komunikasi dan koordinasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan sebaiknya adalah hal-hal yang terkait dengan tanggung jawab saja. Hal-hal yang sifatnya pribadi sebisa mungkin di minimalkan. Hal-hal yang sifatnya pribadi boleh disampaikan dengan catatan terkait dengan amanah yang dilakukan bersama akhwat yang diajak berkomunikasi.
- Komunikasi sebaiknya tidak terlalu sering mengunakan bahasa yang terlalu formal, baiknya menggunakan bahasa sehari-hari, dan dilakukan dengan suasana yang santai. Penggunaan bahasa yang tidak formal akan lebih cepat memberikan efek kedekatan dan kebersamaan, sehingga ukhuwah akan lebih mudah terbentuk.
Selanjutnya kita juga harus mampu memandang peran satu sama lain
secara proporsional dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dalam sebuah departemen. Ketika seorang kadept bisa memandang korwatnya
sebagai partner dakwah yang baik, begitupun sebaliknya, ini akan menjadi
jalan mulus untuk membentuk sistem koordinasi dakwah yang baik.
- Kadept memandang korwat. Korwat adalah second leader dalam sebuah tim, dimana ia menjadi pengambil keputusan ketika kadept tidak ada. Korwat juga yang berperan untuk merangkul staff akhwat. Secara personal korwat juga diharapkan dapat menjadi motivator bagi kadept ketika kadept sedang futur. Kadept bisa juga memandang korwat sebagai belahan otak, jiwa, dan raga (ini serius). Karena perempuan itu dikaruniai pola pikir dan sensitifitas yang baik, korwat bakal tepat jika bisa diajak sebagai teman diskusi dalam hal apapun termasuk dalam masalah pribadi (dengan catatan hal pribadi yang terkait dengan amanah dakwah) tentunya dalam batasan-batasan yang telah ditentukan pula. Koordinasi yang baik antara kadept dan korwat akan menjadikan mereka bisa saling melengkapi dalam sebuah departemen, dapat menambah wawasan, memperluas sudut pandang mereka tentang keorganisasian dan dakwah kampus khususnya.
- Korwat memandang kadept. Kadept adalah pemimpin tertinggi dalam sebuah departemen ia berperan untuk menjaga, mengayomi, dan memberi semangat kepada seluruh staff agar mereka bisa produktif dalam agenda dakwah di departemennya. Ia juga harus bisa menciptakan kondisi nyaman bagi anggota departemen, ini semua tentunya bukan hal yang mudah, karena jika Kadept punya kapasitas ini, berarti seorang korwat departemen seharusnya berusaha juga untuk memiliki kapasitas ini agar menjadi penyeimbang seorang kadept. Seorang korwat harus bisa semaksimal mungkin membantu kadept dalam menjalankan tugas-tugasnya, dimulai dengan memberikan saran, kritik yang membangun atau bahkan ucapan semangat. sehingga nantinya kadept bisa bekerja dengan baik yang pada akhirnya bisa mengayomi anggota departemennya, dan ukhuwah antar anggota departemen pun bisa terjalin dengan baik
Sekali lagi, koordinasi dan komunikasi yang baik
antara seorang kadept dan korwat dalam sebuah departemen, merupakan modal yang
paling utama dan paling berharga untuk mewujudkan visi dan cita-cita departemen
yang bersangkutan, sehingga dengan terwujudnya cita-cita sebuah departemen, ini
akan menjadi pembuka jalan yang akan mempermudah terwujudnya visi dari
organisasi dimana departemen itu bernaung.
Tetaplah jaga kekompakan departemen dimana kamu
diamanahi sebagai kadept atau korwat disana. Percayalah salah satu hal yang
membuat pasukan kafir menjadi takut untuk menyerang pasukan muslim pada saat
rasulullah saw masih hidup adalah, ukhuwah islamiyah yang begitu kuat dan
ternanam dihati sanubari pasukan muslim kala itu. Dan percayalah dengan ukhuwah
yang baik yang sedang kita usahakan saat ini akan membuat pergerakan dakwah
kampus kita menjadi semakin massive, sehingga nantinya akan lebih banyak lagi
mahasiswa muslim yang respect dan berafiliasi terhadap agama yang haq ini. Dan
yakinlah kemanangan Islam itu adalah janji Allah Swt yang nyata.
Wallahu’alam bisshawab.
@Luthfi_ariff
Diselesaikan malam sabtu
yang penuh inspirasi, Margaasih 20 Maret 2015 pukul 0.11 WIB
Referensi
:
·
Achmad, Ridwansyah Yusuf.
2009. Analisis Instan
Problematik Dakwah Kampus. Bandung : Gamais Press
·
Achmad, Ridwansyah Yusuf.
2012. Inspiratia Flava. Bandung :
Ideasphere Books
Silakan dishare, Semoga bermanfaat.. :)