Sebagian orang mungkin merasakan penuh kesusahan
tatkala ia kekurangan harta atau punya banyak hutang sehingga membawa pikiran
dan tidur tak nyenyak. Padahal ia masih diberi kesehatan, masih kuat
beraktivitas. Juga ia masih semangat untuk beribadah dan melakukan ketaatan
lainnya. Perlu diketahui bahwa nikmat sehat itu sebenarnya lebih baik dari
nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ
لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan
bertakwa. Sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang
bahagia adalah bagian dari nikmat.” (HR. Ibnu Majah no. 2141 dan Ahmad 4/69,
shahih kata Syaikh Al Albani)
Orang Kaya Lagi Bertakwa
As Suyuthi rahimahullah menjelaskan bahwa orang
kaya namun tidak bertakwa maka akan binasa karena ia akan mengumpulkan harta
yang bukan haknya dan akan menghalangi yang bukan haknya serta meletakkan harta
tersebut bukan pada tempatnya. Jika orang kaya itu bertakwa maka tidak ada
kekhawatiran seperti tadi, bahkan yang datang adalah kebaikan.
Benarlah kata Imam As Suyuthi. Orang yang kaya
namun tidak bertakwa akan memanfaatkan harta semaunya saja, tidak bisa memilih
manakah jalan kebaikan untuk penyaluran harta tersebut. Akhirnya harta tersebut
dihamburkan foya-foya.
Hadits di atas juga menunjukkan bahwa tidak
mengapa seorang muslim itu kaya asalkan bertakwa, tahu manakah yang halal dan
haram, ia mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram. Terdapat hadits
dari Jabir bin ‘Abdillah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا
فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ
أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ
وَدَعُوا مَا حَرُمَ
"Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada
Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya
tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh
rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan
tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari
rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram." (HR. Ibnu Majah no. 2144,
dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani).
Sehat Bagi Orang Bertakwa
Sehat bagi orang bertakwa lebih baik daripada
kaya harta. Karena kata para ulama bahwa sehatnya jasad bisa menolong dalam
beribadah. Jadi sehat sungguh nikmat yang luar biasa. Sedangkan orang yang sudah
kepayahan dan tua renta akan menghalanginya dari ibadah, walaupun ia memiliki
harta yang melimpah. Jadi sehat itu lebih baik dari kaya karena orang yang kaya
sedangkan ia dalam keadaan lemah (sudah termakan usia) tidak jauh beda dengan
mayit.
Sungguh mahal untuk membayar ginjal agar bisa
berfungsi baik. Banyak harta yang mesti dikeluarkan agar paru-paru dapat bekerja
seperti sedia kala. Agar lambung bekerja normal, itu pun butuh biaya yang tidak
sedikit. Namun terkadang agar organ-organ tubuh tadi bisa bekerja dengan baik
seperti sedia kala tidak bisa diganti dengan uang. Di kala organ tubuh yang ada
itu sehat, mari kita manfaatkan dalam ketaatan. Jangan sampai ketika datang
sakit atau organ tersebut tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya, baru kita
menyesal.
Rajin bersyukurlah pada Allah tatkala diberi
kesehatan walaupun mungkin harta pas-pasan. Rajin-rajinlah bersyukur dengan
gemar lakukan ketaatan dan ibadah yang wajib, maka niscaya Allah akan beri
kenikmatan yang lainnya. Syukurilah nikmat sehat sebelum datang sakit. Ingatlah
sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ
قَبْلَ هَرَمِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ،
وَفِرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara:
waktu mudamu sebelum masa tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, waktu
kayamu sebelum waktu fakirmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, dan waktu
hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrok, 4/341, dari Ibnu
‘Abbas. Hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)
Cerianya Hati
Hati yang bahagia juga termasuk nikmat. Meskipun
hidup di bawah jembatan, penuh kesusahan, hidup pas-pasan, namun hati bahagia
karena dekat dengan Allah, maka itu adalah nikmat. Nikmat seperti ini tetap
harus disyukuri meski kesulitan terus mendera. Ingatlah letak bahagia bukanlah
pada harta, namun hati yang selalu merasa cukup, yaitu hati yang memiliki sifat
qona’ah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ،
وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan
banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’
adalah hatiu yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no.
1051)
Doa Agar Tetap Diberi Kesehatan
Dari 'Abdullah bin 'Umar, dia berkata, "Di antara
doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ
نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
“ALLOOHUMMA INNII A'UUDZU BIKA MIN ZAWAALI
NI'MATIK, WA TAHAWWULI 'AAFIYATIK, WA FUJAA'ATI NIQMATIK, WA JAMII'I SAKHOTHIK”
[Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang
telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan,
dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu]. (HR.
Muslim no. 2739).
Wallahu waliyyut taufiq. Semoga Allah senantiasa
memberi kita kemudahan untuk taat padanya dan menjauhi maksiat, serta moga kita
terus diberi nikmat sehat.
Referensi: Hasiyah sanadi ‘ala Ibni Majah, Asy
Syamilah.
Silakan dishare, Semoga bermanfaat.. :)