Tahukah Engkau?
Allah memberikan seorang bidadari shalihah kepadaku kala itu.
Aku tak pernah meminta bidadari itu engkau, tapi Allah punya skenario yang indah untuk makhluknya.
Tahukah Engkau?
Aku bahkan bisa bertemu denganmu hanya lewat do'a yang aku sampaikan kepada Allah.
Karena aku takut, jika aku terlalu berharap padamu, Allah akan berkehendak lain padaku.
Tahukah Engkau? Mungkin aku tak seperti mereka yang menyatakan semuanya dengan lumrah.
Karena aku takut, mungkin kau bukan yang akan jadi isteriku.
Tapi aku tahu, kau wanita yang tahu agamamu.
wanita yang memang tahu apa arti imam buatmu.
Tahukah engkau? Wajar jika aku berharap lebih padamu.
wajar jika aku memilih mu untuk jadi wanita shalehah dalam Rumah Tanggaku.
bagaimana perasaanku saat kau bilang "Katakanlah Semuanya Pada Ayahku"?
Aku semakin yakin, kau yang kucari, Insya-Allah.
Tahukah Engkau?
Subhanallah, waktu aku mengkhitbahmu, seakan Allah menuntun jalan ku dengan mudah.
dalam istikharah pun, Allah menuntun namamu di hatiku.
Tahukah engkau?
Sekarang, kau adalah bidadari dalam rumah tanggaku, isteriku.
membangunkanku kala seperempat malam datang.
mengajakku memuji yang Esa.
Lantunan suara Al-Qur'an mu mampu membuat kesejukan dalam gubuk kecil ini.
Tahukah engkau, isteriku?
jika kau berfikir, aku takan mencintaimu lagi dengan keadaanmu yang sekarang, kau salah.
siapa di dunia ini yang tidak menginginkan buah hati'y?
tapi aku sadar, bahkan aku ikhlas jika Allah memberi surat cinta-Nya kepada kita.
Tahukah engkau?
bahkan aku tidak pernah menginginkan lebih, cukup isteri yang shalehah, yaitu kau.
Bahkan jika aku boleh meminta, aku akan minta kepada Allah, agar rasa sakit yang kau alami pindah kepadaku.
Jangan kau pinta aku meraju yang lain, sayang.
mungkin bnyak wanita di luar sana, tapi cukup kau yang aku inginkan, kau yang Allah pilihkan untukku.
20 Tahun.
bahkan kau bertahan selama itu dari penyakit yang Dokter bilang cuma akan bertahan selama 2 tahun.
Isteriku, itulah bukti kecintaan Allah Kepadamu.
Tahukah engkau, isteriku?
Betapa bahagianya saat aku mendengar nikmat Allah yang diberikan kepadamu, kepada kita.
Buah hati yang kita nantikan.
benar kau selalu bilang "Allah tidak pernah tidur, suamiku".
Tapi, memang.
Kita hanya manusia, Allah yang berkehendak.
akupun mungkin akan pasrah dan ikhlas, isteriku.
Jika maut datang menjemputmu, aku sungguh tidak rela, tapi, ini jalan Allah untuk kita.
Kanker? itu surat cinta yang selama ini kau balas dengan kesabaran.
kau seakan lupa bahwa betapa beratnya itu, betapa sakitnya kau berteriak hampir setiap malam dan kau masih berkata "Tenang suamiku, aku tidak apa2, ini hanya buah hati dalam kandunganku yang rindu padamu", padahal aku tahu, kau sangat kesakitan dibalik senyum itu.
Sampai tiba waktunya kau terbaring lemah dalam kuasa-Nya.
Aku bahkan tidak tahu harus apa?
Allah, Allah, Allah.
Aku dalam kegundahan.
sampai kau bilang "Aku ingin Allah menyelamatkan buah hati kita, suamiku. Tak apa jika memang aku harus kembali pada sang Khalik. Sudah cukup bagiku mempunya suami sepertimu, suami yang selalu mengingatkanku di saat khilaf, suami yang membangkitkanku saat ku terjatuh, suami yang tak pernah mengeluh dengan segala kekuranganku, suami yang benar-benar jadi imam buatku, suami yang tak pernah menampakan wajah muram dihadapanku, suami yang membawaku benar-benar dalam dekapan Illahi Rabbi. Selamatkan buah hati kita, aku tak apa. Aku masih bisa melihatnya dari sisi-Nya. Jaga dia. Dekatkan dia selalu pada sang Kuasa. Tuntun dia agar kita nanti bisa bertemu di Surga-Nya. Terimakasih sudah jadi suami untukku. Maaf jika selama aku jadi isterimu, aku tidak bisa menjalankan amanah sebagaimana mestinya, maafkan aku".
Terisak sesak dalam pilu, aku menangis di sampingnya.
Tak sepatah katapun aku ucap, tangannya yang mulai lemas aku rasakan. dia menahan sakit. Operasi-pun akan di mulai. dan dia masih berkata, "tolong selamatkan buah hati kita".
tanganku lepas saat dia memasuki ruang operasi.
1 jam.
2 jam
3 jam.
dokter keluar.
Aku masih terdiam.
Aku dengar suara tangis bayi? betapa gembiranya aku. Isterikupun mungkin merasakan hal yang sama.
Tapi, inilah kuasa-Mu ya Allah.
Akupun disampingnya kala itu, buah hatikupun aku biarkan berada diantara aku dan isteriku, ku kumandangkan adzan di telinganya.
isteriku berkata "Aku pamit pulang, suamiku. Utusan Allah sudah datang menjemputku. Bunda pamit puteriku, maaf kalau bunda pulang duluan, jadilah bidadari syurga buat Ayah dan Bundamu nanti, Allah selalu bersamamu, Asyhadu anllaailaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadarasuulullah".
Senyumnya di akhir waktu masih ada dalam benak, bahkan sudah 15 tahun yang lalu.
Aku merindukanmu, Isteriku.
Semoga Allah menjadikanmu, bidadari dalam syurganya.
Bandung, 24 Maret 2014
Silakan dishare, Semoga bermanfaat.. :)