Wahai para hamba Allah yang sedang meniti jalan menuju Rabbnya, janganlah luasnya rahmat dan ampunan Allah menjadikan kita merasa aman dari siksa dan adzab-Nya. Janganlah kita merasa bahwa segala amalan yang kita kerjakan pasti diterima oleh-Nya, siapakah yang bisa menjamin itu semua?
Allah Ta'ala berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan
hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan
kembali kepada Rabb mereka." (Al-Mu'minuun: 60).
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:
"Maksudnya, orang-orang yang memberikan pemberian itu khawatir dan takut tidak diterima amalannya, karena mereka merasa telah meremehkan dalam mengerjakan syarat-syaratnya." [Tafsir Ibnu Katsir (3/234)]
Aisyah radhiyallahu 'anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam tentang ayat di atas, maka beliau menjawab: "Mereka
adalah orang-orang yang berpuasa, bersedekah, shalat, dan mereka merasa khawatir tidak diterima amalannya."
[HR. Tirmidzi (no. 3175), Ibnu Majah (no. 4198), Ahmad (6/159),
Al-Hakim (2/393), dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah
(no. 162)].
Allah Ta'ala dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam telah
memberikan permisalan tentang hangusnya (terhapusnya) amalan seorang
hamba.
Firman Allah Ta'ala:
أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَنْ تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ لَهُ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَأَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاءُ فَأَصَابَهَا إِعْصَارٌ فِيهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
"Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma
dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam
kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada
orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka
kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah.
Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya." (Al-Baqarah: 266)
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata:
"Allah membuat permisalan tentang sebuah amalan." Umar bertanya:
"Amalan apa?" Beliau menjawab: "Amalan ketaatan seorang yang kaya,
kemudian Allah mengutus setan kepadanya hingga orang itu berbuat maksiat yang pada akhirnya setan menghanguskan amalannya." [HR. Bukhari (no. 4538). Lihat Tafsir Ibnu Katsir (I/280)].
Maka sudah selayaknya bagi kita untuk mengetahui apa saja sebab-sebab
yang dapat menghapuskan amal shalih sehingga kita pun bisa
menghindarinya.
Di Antara Sebab-sebab yang Dapat Menghapuskan Amal Shalih Adalah:
1. Syirik Kepada Allah.
Tidak diragukan lagi bahwa syirik akan menghapuskan seluruh amal shalih, sebagaimana dalam firman-Nya:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu: 'Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (Az-Zumar:
65)
ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan." (Al-An'aam: 88)
Aisyah radhiyallahu 'anha suatu hari pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam tentang Abdullah bin Jud'an yang mati
dalam keadaan syirik pada masa jahiliyah, akan tetapi dia orang yang
baik, suka memberi makan, suka menolong orang yang teraniaya dan punya
kebaikan yang banyak. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:"Semua amalan itu tidak memberinya manfaat sedikit pun, karena
dia tidak pernah mengatakan: 'Wahai Rabbku, berilah ampunan atas
kesalahan-kesalahanku pada hari kiamat kelak." [HR. Muslim (no. 214)]
2. Riya'
Tidak diragukan lagi bahwa riya' membatalkan dan menghapuskan amalan seorang hamba. Dalam sebuah hadits qudsi, (Allah berfirman):
"Aku paling kaya, tidak butuh tandingan dan sekutu. Barangsiapa beramal
menyekutukan-Ku kepada yang lain, maka Aku tinggalkan amalannya dan
tandingannya." [HR. Muslim (no. 2985)]
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan kepada kalian adalah syirik
kecil." Para sahabat bertanya: "Apa yang dimaksud dengan syirik kecil?"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Yaitu riya'." [HR.
Ahmad (5/428), Baihaqi (no. 6831), Baghawi dalam Syarhus Sunnah
(4/201), dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (no.
951), Shahih Targhib (1/120)].
Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah berkata:
"Ketahuilah bahwasanya amalan yang ditujukan kepada selain Allah bermacam-macam. Ada kalanya murni dipenuhi dengan riya', tidaklah yang ia niatkan kecuali mencari perhatian orang
demi meraih tujuan-tujuan duniawi, sebagaimana halnya orang-orang
munafik di dalam shalat mereka. Allah Ta'ala berfirman: "Dan apabila
mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya' di hadapan manusia."
(An-Nisaa': 142). Lanjutnya lagi: "Sesungguhnya ikhlas dalam ibadah
sangat mulia. Amalan yang dipenuhi riya' -tidak diragukan lagi bagi
seorang muslim- sia-sia belaka, tidak bernilai, dan pelakunya berhak
mendapat murka dan balasan dari Allah Ta'ala. Ada kalanya pula amalan itu ditujukan kepada Allah akan tetapi terkotori oleh riya'." [Taisir Aziz Hamid (hal. 467)].
Sekedar contoh: Seseorang sedang melaksanakan puasa sunnah dengan niat semata-mata karena Allah. Tapi kemudian dia berkata agar diketahui oleh orang lain bahwa dia sedang berpuasa: "Enaknya buka puasa pakai apa ya?" Atau, ia menulis di status FB-nya bahwa ia telah melakukan amal shalih ini dan itu agar diketahui orang banyak bahwa ia melakukan amal shalih. Maka hanguslah amalnya.
3. Menerjang Apa yang Diharamkan Allah Ketika Sedang Sendirian
Berapa banyak di antara kita yang berani menerjang hal-hal yang
dilarang oleh Allah, utamanya ketika sedang sendiri dan merasa tidak
ada yang tahu, padahal telah mengetahui bahwa Allah Ta'ala adalah Dzat
Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Orang yang tetap nekat menerjang apa yang diharamkan Allah ketika
sedang sendirian, maka akan terhapus amalnya berdasarkan sabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Sungguh akan datang sekelompok kaum dari umatku pada hari kiamat
dengan membawa kebaikan yang banyak semisal gunung yang amat besar.
Allah menjadikan kebaikan mereka bagaikan debu yang bertebaran."
Tsauban radhiyallahu 'anhu bertanya: "Terangkanlah sifat mereka kepada
kami wahai Rasulullah, agar kami tidak seperti mereka." Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Mereka masih saudara kalian,
dari jenis kalian, dan mereka mengambil bagian mereka di waktu malam
sebagaimana kalian juga, hanya saja mereka apabila menyendiri menerjang keharaman Allah." [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 4245), dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (no. 505)].
4. Menyebut-nyebut Amalan Shalihnya
Tidak diragukan lagi bahwa menyebut-nyebut amalan shalih dapat menghapuskan amal seorang hamba. Firman Allah Ta'ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya' kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang seperti itu bagaikan batu
licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat,
lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (Al-Baqarah: 264).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ada tiga golongan yang tidak dilihat oleh Allah pada hari kiamat, tidak disucikan-Nya, dan baginya ADZAB YANG PEDIH."
Para sahabat bertanya: "Terangkan sifat mereka kepada kami wahai
Rasulullah, alangkah meruginya mereka." Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Mereka adalah orang yang menjulurkan pakaiannya, orang
yang suka menyebut-nyebut pemberian (amalan), dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu." [HR. Muslim (no. 106)].
5. Mendahului Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Dalam Perintahnya
Maksudnya adalah, janganlah seorang muslim melakukan amalan yang tidak diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebab hal itu termasuk perbuatan lancang terhadap beliau. Sebab syarat diterimanya amal adalah yang sesuai dengan petunjuknya, yaitu ada contohnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Hujuraat: 1)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah dari kami maka tertolak." [HR. Muslim (no. 1718)]
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
"Waspadalah anda dari ditolaknya amalan pada awal kali hanya karena
menyelisihinya, engkau akan disiksa dengan berbaliknya hati ketika akan
mati. Sebagaimana Allah berfirman: "Dan (begitu pula) Kami memalingkan
hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman
kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka
bergelimang dalam kesesatannya yang sangat." (Al-An'aam: 110). (Lihat
majalah At-Tauhid, Jumadal Ula 1427 H).
6. Bersumpah Atas Nama Allah Tanpa Ilmu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Dahulu kala ada dua orang dari kalangan Bani Israil yang saling
berlawanan sifatnya. Salah satunya gemar berbuat dosa, sedangkan yang
satunya lagi rajin beribadah. Yang rajin beribadah selalu mengawasi dan
mengingatkan temannya agar menjauhi dosa. Sampai suatu hari, ia
berkata kepada temannya: 'Berhentilah berbuat dosa!' Karena terlalu
seringnya diingatkan, temannya yang sering bermaksiat itu berkata:
'Biarkan aku begini. Apakah engkau diciptakan hanya untuk mengawasi aku
terus?' Yang rajin beribadah itu akhirnya berang dan berkata: 'Demi
Allah, Allah tidak akan mengampunimu!' Atau 'Demi Allah, Allah tidak
akan memasukkanmu ke dalam surga!!' Akhirnya Allah mencabut arwah
keduanya dan dikumpulkan di sisi-Nya. Allah berkata kepada orang yang
rajin beribadah: 'Apakah engkau tahu apa yang ada pada diri-Ku, ataukah
engkau merasa mampu atas`apa yang ada di tangan-Ku?' Allah berkata
kepada yang berbuat dosa: 'Masuklah engkau ke dalam surga karena
rahmat-Ku.' Dan Dia berkata kepada yang rajin beribadah: 'Dan engkau
masuklah ke dalam neraka!' Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, orang ini telah mengucapkan perkataan yang membinasakan dunia dan akhiratnya."
[HR. Abu Dawud (no. 4901), Ahmad (2/323), dishahihkan oleh Ahmad
Muhammad`Syakir dalam Syarh Musnad (no. 8275). Lihat pula al-Misykah
(no. 2347).
Dari Jundub radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ada orang yang berkata: 'Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.' Maka Allah berkata: 'Siapa
yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan,
sungguh Aku telah mengampuninya dan Aku membatalkan amalanmu!" [HR. Muslim (no. 2621)]
7. Membenci Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
Allah Ta'ala berfirman:
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa
yang diturunkan Allah (Al-Qur'an) lalu Allah menghapuskan
(pahala-pahala) amal-amal mereka." (Muhammad: 9)
Yaitu karena mereka membenci apa yang dibawa oleh Rasul-Nya berupa
Al-Qur'an yang isi kandungannya berupa tauhid dan hari kebangkitan,
karena alasan itu maka Allah menghapuskan amal-amal kebajikan yang
pernah mereka kerjakan. [Fathul Qadir (5/32)].
8. Terluput Mengerjakan Shalat Ashar
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang terluput dari mengerjakan shalat ashar, maka
terhapuslah seluruh pahala amalannya pada hari itu." (HR. Bukhari, An
Nasaa-i dan Ibnu Majah)
9. Mendustakan Takdir
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Kalau seandainya Allah mengadzab penduduk langit dan bumi niscaya dia
akan mengadzabnya sedang Dia tidak sedikit pun berbuat dzalim terhadap
mereka, dan seandainya Dia merahmati mereka niscaya rahmat-Nya lebih
baik dari amalan-amalan mereka. Seandainya seseorang menginfaqkan emas
di jalan Allah sebesar Gunung Uhud, tidaklah Allah akan menerima infaq tersebut darimu sampai engkau beriman dengan takdir,
dan ketahuilah bahwa apa yang (ditakdirkan) menimpamu tidak akan
menyelisihimu, sedang apa yang (ditakdirkan) tidak menimpamu maka tidak
akan menimpamu, kalau seandainya engkau mati dalam keadaan mengimani
selain ini (tidak beriman dengan takdir), niscaya engkau masuk neraka
(Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah dan Ahmad, Syaikh Salim bin
Ied Al-Hilali berkata: hadits ini shahih).
10. Mendatangi Pelayan Setan (Dukun / Orang Pintar / Tukang Ramal / Paranormal / Membaca Ramalan Bintang)
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
”Barangsiapa mendatangi tukang ramal kemudian menanyakan tentang
sesuatu, maka tidak diterima darinya shalat selama 40 hari." (HR.
Muslim)
11. Akhlak yang Buruk
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Dan sesungguhnya akhlak yang buruk merusak amal shalih
sebagaimana cuka yang merusak madu." [HR. Ath-Thabrani dalam
al-Mu'jam al-Awshath (I/259 no. 859) dan al-Mu'jam al-Kabir (X/319
no. 10777). Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah no.
907]
Berkata Al-'Askari:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa seseorang
yang melakukan amalan kebajikan jika ia menggandengkannya dengan
akhlak yang buruk maka akan merusak amalannya dan MENGGUGURKAN PAHALANYA sebagaimana
seseorang yang bersedekah jika mengikutkan sedekahnya dengan
al-mann (menyebut-nyebut sedekahnya, sehingga menyakiti yang
disedekahkan)." (Faidhul Qadiir, 4/1134-114)
Renungkanlah hadits berikut ini:
Dari Abu Hurairah, dikatakan kepada Rasulullah:
"Sesungguhnya si fulanah shalat malam dan berpuasa sunnah (dalam
riwayat Ahmad, "Sesungguhnya si fulanah disebutkan tentang banyaknya
shalatnya, puasanya dan sedekahnya") namun ia mengucapkan sesuatu yang mengganggu para tetangganya, lisannya panjang?"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
"Tidak ada kebaikan padanya, dia di Neraka."
Dikatakan kepada beliau:
"Sesungguhnya si fulanah shalat yang wajib dan berpuasa pada bulan
Ramadhan serta bersedekah dengan beberapa potong susu kering, dan ia
tidak memiliki kebaikan selain ini, namun ia tidak mengganggu seorang
pun?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
"Ia di Surga."
[HR. Al-Hakim dalam al-Mustadrak (IV/183, no. 7304), Ibnu Hibban
(al-Ihsan XIII/77, no. 5764) dan Ahmad (II/440, no. 9673), berkata
al-Haitsami, "Dan para perawinya tsiqah (terpercaya)." dalam Majma'
az-Zawaid (VIII/169) dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam
Shahih at-Targhib wat Tarhib, no. 2560]
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan disebutkan dalam al-Ihsan (XIII/77, no. 5764) dalam Bab:
"Penyebutan hadits-hadits tentang kewajiban seseorang untuk meninggalkan mengganggu kaum muslimin dengan lisannya, meskipun ia bersemangat besar dalam menjalankan ketaatan-ketaatan."
(Dikutip dari buku Sepenggal Catatan Perjalanan Dari Madinah Hingga
ke Radio Rodja, Mendulang Pelajaran Akhlak dari Syaikh Abdurrazaq
al-Badr hafizhahullah, karya Ustadz Firanda hafizhahullah)
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi kekuatan oleh Allah Ta'ala untuk menjauhi
sebab-sebab yang dapat menghanguskan amal shalih sebagaimana yang
telah dijelaskan di atas. Dan kita memohon kepada Allah Ta'ala, semoga
amalan yang kita kerjakan tercatat sebagai amalan shalih, yang
diterima di sisi-Nya, amin.
_____________
Oleh: Abu Muhammad Herman
Silakan dishare, Semoga bermanfaat.. :)